Padang,
Pada pekan lalu Mentawai terbaik dalam penanganan Covid-19. Dalam 6 bulan terakhir mencatat skor terbaik dalam penanganan Covid-19, karena tidak ada warga Mentawai yang meninggal terpapar virus corona.
Keberhasilan Kepulauan Mentawai tersebut tidak lepas dari perjuangan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang konsisten dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19 masuk daerah itu.
Demikian terungkap pada talkshow di Radio Sushi 99.1 FM, kerjasama Harian Singgalang dengan BNPB -Satgas Covid-19, Sabtu (27/3) dengan tema “Mentawai Masih Terbaik di Sumbar”. Talkshow itu menghadirkan narasumber Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet didampingi Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Mentawai, Lahmuddin Siregar.
Menurut Yudas, Mentawai hingga kini masih melakukan upaya dengan konsisten dalam menekan penyebaran Covid-19. Apalagi Mentawai masih satu-satu daerah 3T di Sumbar. Serba keterbatasan, kontek, SDM, fasilitas, dan keuangan.
Dengan itu Mentawai menggerakan potensi lokal. Bangkit dengan apa yang dimiliki. Tidak mungkin berharap membangun fasilitas dalam jangka waktu cepat. Dalam pengertian bertahan dengan apa yang sudah ada. Rumah sakit hanya satu, meng-cover semua daerah. Di setiap kecamatan ada satu puskesmas, kadang-kadang tidak ada dokter.
Dikatakannya, selain strategi bertahan, juga mengantisipiasi Covid-19 dengan mewajibkan swab bagi setiap orang yang akan berkunjung ke Mentawai. Ke Mentawai harus wajib swab. “Sekarang ada antigen, sampai sekarang masih berlaku. Kami berjuang, berusaha seperti itu. Setiap orang yang datang, termasuk orang bule. Pastikan dulu surat keterangan bebas Covid-19, sesuai swab,” katanya.
Tentu ada kearifan lokal juga, soal makanan, berjemur disana merupakan hal biasa. Kira-kira begitu secara kebijakan. Meski begitu Mentawai bukan tanpa kendala. Dari internal, masyarakat juga banyak yang tidak percaya Covid-19. Sebagian orang mengatakan, Covid-19 itu tidak ada. Sampai bupati di-bully. Bagian yang dihadapi, karena di Mentawai banyak orang tidak hanya orang Mentawai, juga banyak yang datang.
Sementara dari luar, Kepulauan Mentawai membutuhkan dukungan kapal khusus. Kapal khusus, jika ajukan rumah sakit mini, tapi tidak bisa juga. Karena anggaran terbatas. “Setelah melihat hasilnya, kita terbaik, tidak ada kematian, kerja keras. Berarti kita tidak over acting menghadapi ini. Kami juga sempat mengembalikan orang dari Susi Air, karena tidak dapat membuktikan. Kita juga lakukan lockdown internal, dengan skala dusun. Ternyata itu efektif untuk menghentikan rantai penyebaran Covid-19,” ungkapnya.
Disebutkannya, jika masih ada masyarakat Mentawai yang terpapar, itu adalah yang melakukan perjalanan dinas. Maka pengawasan dilakukan dengan ketat. Setiap terpapar itu, di pintu Mentawai saja, sudah dipantau. Jangan ada kapal yang terobos. Siapa yang masuk ke Mentawai, petugas sudah catat, dimana alamatnya akan dicatat.
“Kita bekerja bersama-sama dengan polisi dan TNI. Jadi kecepatan kita mengetahuinya adalah bahagian di Mentawai tidak ada kematian. Juga ada Gugus Tugas memantau Covid-19. Daftar orang masuk Mentawai itu dicatat”,ulasnya.
Sementara soal terganggu ekonomi, pariwisata menurutnya tidak apa-apa. Biarlah Mentawai berkorban dua bulan hingga tiga bulan, dari pada berkorban selama-lamanya dengan ada kematian.
“Awalnya, warga Mentawai juga tidak percaya dengan Covid-19. Tendensi itu ada, tapi kita tetap melalui OPD, tegaskan. Sekda diminta cek, pakai atau tidak. Jika tidak pakai masker, diberikan teguran. Aparatur sendiri, harus menjadi contoh bagi masyarakat. Setiap ada aparat yang turun ke masyarakat, harus tetap pakai masker. Tendensi kecuekan pada protokol kesehatan ada, tapi belum parah. Saya sampaikan, kalau terpapar, kita tidak sanggup mengatasinya,” katanya.
Karena, menurutnya jika Covid-19 sampai ke desa, dengan hanya ada Pustu, perawat 2-3 orang. Maka habislah Mentawai. Untuk itu ke depan dalam jangka pendek Mentawai tetap melanjutkan apa yang sudah dikerjakan sekarang. Jangka menengah, sedang memperbaiki, sistem kesehatan di Mentawai berbasis Kepulauan.
Maksudnya, kalau ada positif di Siberut, tidak usah menyeberang ke pulau lain, seperti ke Sipora atau Sikakap. Kalau di Sikakap, jangan ke Sipora. Begitu sebaliknya. Sekarang membangun Rumah Sakit Pratama, rumah sakit tanpa kelas. Penanganan, Covid-19 dan penyakit lain yang tidak bisa ditangani Puskesmas, maka akan dirujuk ke Rumah Sakit Pratama.
Jangka panjang, Mentawai sedang melengkapi SDM di bidang kesehatan. Dengan menyekolahkan sebagian siswa Mentawai di Kedokteran. Nanti mereka diharapkan yang pulang untuk membangun kesehatan Mentawai.
“Sadari Mentawai daerah yang berkembang dengan keterbatasan fasilitas, kita menyadari harus bersih dulu. Saya bupati, walau tidak kapal umum, selalu swab jika ada perlu kerja di Padang dan sudah lebih 25 kali di swab,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Mentawai Lahmuddin Siregar menegaskan Mentawai memanfaatkan semua potensi yang ada untuk menjaga Mentawai dari Covid-19. “Jangan hanya meratapi keadaan. Kita tidak melarang orang masuk. Jika sampai masuk pada pedalaman, maka susah menghentikannya,” ujarnya.
Saat angka Covid-19 sedang menanjak di tepi, Mentawai merekrut relawan, tempatkan di lima titik pintu masuk Mentawai. Sempat tidak terpenuhi, orang takut masuk ke Mentawai, akhirnya 27 orang didapatkan. Kemudian tarik tenaga Puskesmas untuk ditempatkan pada lima titik.
Menurutnya yang bisa membantu Mentawai saat ini mempertahankan daerah zero kematian covid-19, adalah konsisten menjalankan aturan. Terutama orang masuk Mentawai harus bebas Covid-19.
“Sebenarnya, sederhana. Tapi kita konsistensi. Walau kita di-bully, sabar tidak apa-apa, niat kita melindungi masyarakat,” ujarnya.
Patut bersyukur, katanya dari 501 yang positif, tapi kematian nol. Sebanyak 20 persen penduduk Mentawai sudah di swab, jauh di atas rata-rata nasional. Sekitar 30 sampel, 18 ribu penduduk yang diperiksa upaya untuk melindungi.
“Ada kebijakan, Oktober 2020 dulu, orang mau pulang, tapi Mentawai tutup. Boleh pulang tapi harus swab. Tidak memandang, siapa yang mau datang. Ini bukan tentang orang Mentawai, tapi tentang melindungi masyarakat,” katanya.
Menurut Lamudin, keberhasilan Mentawai itu tidak lepas dari keterlibatan semua pihak. Tidak hanya kesehatan, tapi semua elemen.
“Untuk kesehatan ini, kita sangat berterima kasih dengan Satgas, didukung oleh Forkopimda, TNI dan Polisi sangat aktif. Bukan pemerintah masyarakat, orang yang peduli covid-19 yang melawan. Kadang-kadang kita dibully, kadang didukung. Sampai sekarang kita tetap melakukan sosialisasi, pakai baliho, spanduk. Walau ada kritik, tapi perlu diberitahukan,” ujarnya.
Selain itu yang mendukung Mentawai zero kematian Covid-19 karena sudah gencar juga sosialisasi gaya hidup sehat. Ada 7 pesan Sikere, mendukung bagaimana hidup sehat. Bagaimana berupaya masyarakat terjaga hidupnya. “Sampai hari ini, masyarakat disampaikan 3 M, masyarakat tidak begitu kaget. Mungkin itu yang mendukung,” ujarnya.