Padang,
Vaksinasi Covid-19 tidak hanya melindungi diri sendiri, tapi melindungi secara berkelompok. Untuk itu diharapkan bagi sasaran vaksin dapat menerima sesuai jadwal.
Hal itu terungkap pada talkshow di Radio Sushi 99.1 FM yang diselenggarakan Harian Singgalang bekerjasama dengan Satgas Covid-19- BNPB dengan tema “Kesiapan Vaksinasi Tahap II” Jumat, (19/2) yang dipandu penyiar Andiko Sigit. Talkshow tersebut menghadirkan narasumber Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sumbar, Yusmayanti dan Ketua Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Sumbar, dr. Raveinal.
Dalam kesempatan itu, Raveinal menyampaikan vaksin diberikan pada sasaran dengan tujuannya tidak hanya melindungi diri sendiri tapi untuk menciptakan imunitas kelompok. Artinya, ketika satu dilindungi dengan vaksin, kemudian akan melindungi kelompok lainnya. Sebab, satu orang yang sudah imun, secara tidak langsung tidak membawa virus pada kelompok. Terutama keluarga, kondisi itu dapat memutus mata rantai penyebaran virus corona.
“Jadi yang pasti vaksin ini aman, walau ada efek samping tapi ringan. Tujuannya tidak untuk diri sendiri, tapi untuk melindungi kelompok. Karena dengan kita yang divaksin dapat melindungi mereka yang tidak bisa divaksin. Seperti lanjut usia (lansia), penyakit tertentu dan anak-anak. Tujuan vaksin inilah bergotong-royong melindungi orang yang kita cintai,” katanya.
Menurutnya, hingga kini sejak vaksin disuntikan di Indonesia belum ada efek samping yang membahayakan. Semua efek samping yang dilaporkan hanya efek ringan, seperti pusing, demam dan berdebar-debar yang dapat diatasi dengan mudah.
Disampaikannya, terkait dengan keamanan vaksin, ditegaskannya apapun yang namanya vaksin, tidak ada yang aman 100 persen, tapi itu apakah membahayakan atau tidak. Sementara untuk vaksin yang digunakan menghentikan Covid-19, keamanan cukup baik, artinya ada efek samping, tapi tidak membahayakan. Hanya ringan. “Apapun namanya vaksin, obat tidak ada aman 100 persen. Sekarang efektif atau tidak, aman atau tidak. Ini yang penting,” katanya.
Diakuinya dari laporan yang diterimanya, ada efek samping yang ditemukan. Semuanya ringan-ringan saja. Ada nyeri, ada pegal-pegal, demam, ada pusing sedikit. Mual, karena ada pengaruh dari penyakit sebelumnya. “Dibanding dengan yang sudah divaksin, yang merasakan efek samping sangat sedikit sekali. Baru 30 orang, itu ringan-ringan saja semuanya. Ada pusing, berdebar-debar dadanya,”ungkapnya.
Sementara untuk pertolongan dampak dari vaksin, pemerintah sudah menyiapkan tim kerja. “Kita bekerja dalam bentuk empat meja. Di saat terakhir, akan ada observasi, saat observasi itu, sudah ada tim yang akan memberikan pertolongan jika ada keluhan. Kami sudah siap, disana ada dokter, dan paramedis yang siap sedia ketika ada keluhan yang tidak diinginkan,”ujarnya.
Menariknya, saat ini para pejabat sudah antusias sekali untuk mendapatkan vaksin. Karena merasa capek dengan pandemi akhirnya banyak yang menginginkan vaksin. Hanya saja kendala yang dihadapi, pendataan yang kurang bagus. Ada yang tidak tercatat untuk mendapatkan vaksin, untuk itu bagi yang belum divaksin, bisa memperolehnya dengan mendatangi pol pelayanan kesehatan hanya dengan KTP saja.
“Meski begitu ada juga yang belum paham tentang vaksin, sehingga ada menolak. Itu tugas kami yang akan mengedukasi, bagaimana menyampaikan bahwa vaksin ini adalah aman, sama dengan vaksin-vaksin selama ini,” katanya.
Sementara Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sumbar, Yusmayanti menyebutkan saat ini vaksinasi tahap pertama sudah mencapai 75 persen. Diperkirakan pada 21 Februari target tahap pertama tercapai 100 persen.
Hanya saja, pada 21 Februari tersebut adalah target secara nasional. Namun masih ada sasaran tahap pertama itu belum dapat dilakukan. Terkendala karena sejumlah sasaran, seperti tenaga kesehatan yang saat akan divaksinasi mengalami tensi tinggi. Kemudian ditunda.
“Meski 21 Februari berakhir, kita tetap akan melanjutkan vaksinasi bagi sasaran tahap pertama itu. Sebab, mereka tetap harus divaksin, sembari memulai untuk tahap II,” sebutnya.
Sementara target yang akan divaksinasi tahap II yakni TNI, Polri, ASN pelayanan publik, lansia, dan tokoh agama serta pedagang pasar yang akan berhadapan dengan masyarakat. Kemudian untuk petugas kesehatan, yang komorbid dan penyintas tidak diberikan vaksin sebelumnya. Karena kriteria tersebut, sebelumnya belum mendapatkan vaksin. Sebab, penelitiannya belum selesai.
Setelah ada aturan baru dan hasil penelitian, untuk komorbid dan penyintas sudah dapat diberikan vaksin, dengan syarat ketentuan tertentu. Seperti penyintas yang terkonformasi sudah 3 bulan dapat diberikan vaksin. Begitu juga dengan komorbid, dapat diberikan vaksin dengan syarat tertentu.
Disebutkannya, rencananya vaksinasi tahap kedua secara nasional adalah minggu ke IV Feburuari 2021. Jika vaksin datang awal Maret, maka langsung dilaksanakan awal Maret. “Untuk pelaksanaan imunisasi covid, pandemi yang harus selesaikan secepatnya. Bagi sesuai sasaran kita mohon datang ke pos pelayanan kesehatan terdekat untuk medapatkan vaksin, karena vaksin adalah pos yang paling efektif mencegah penularan Covid-19,” katanya.