Padang – Ayo bersama jangan kendor terapkan protokol kesehatan (prokes) 6 M. Mulai dari memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi mobilisasi dan melakukan vaksin.
Imbauan tersebut disampaikan, Kepala Rumah Karantina Kampung Nelayan dr. Heriandi dan Wartawati Harian Singgalang, Yunisma yang terpapar Covid-19, ketika menjadi narasumber dalam talkshow Kerjasama Harian Singgalang dengan BNPB dan Satgas Covid-19 yang disiarkan secara live dari studio Radio Sushi 99.1 FM di lantai dua, gedung biru di jalan Veteran nomor 17 Padang, Jumat (2/7).
Imbauan tersebut mereka sampaikan mengingat banyaknya pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi di Rumah Karantina Kampung Nelayan.
“Jumlah pasien Covid-19 yang dirawat ada 155 orang. Hari ini (kemarin, 2/7) ada 28 orang yang dinyatakan sembuh dan dibolehkan untuk pulang,” ucap Heriandi kepada andiko Fani, melalui aplikasi Zoom Meeting.
Lebih lanjut dijelaskannya, prosedur pasien yang dinyatakan sembuh setelah dua kali hasil swabnya negatif.
“Swab pertama di rumah karantina dilakukan setelah, pasien menjalani isolasi selama seminggu. Jika, hasil swab pertamanya positif, akan dilakukan swab kembali hingga hasilnya negatif. Artinya dua kali hasilnya negatif, baru pasien Covid-19 dinyatakan sembuh dan dibolehkan pulang kerumah masing-masing,” jelasnya.
Selama di rumah karantina, pasien dijaga 24 jam dengan 12 orang petugas. Terdiri dari dokter, paramedis, ahli gizi dan kesehatan lingkungan. Begitupula ambulans yang selalu standby 24 jam.
“Kami pun punya poliklinik yang buka setiap pukul 09.00 hingga 11.00. Siapapun boleh berobat ke sana. Jaraknya dengan tempat pasien Covid-19 sangat dekat, karena masih dalam satu komplek, tapi beda gang. Setiap hari petugas ada yang keliling, walau hanya sekedar menyapa dan ajak olahraga senam serta berjemur dipagi hari. Kami juga melakukan pemeriksaan tensi dan mengukur kadar oksigen dalam darah pasien. Kalau rendah dan butuh penangganan, langsung kami rujuk ke rumah sakit,” jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, prosedur masuknya pasien Covid-19 ke Rumah Karantina Kampung Nelayan.
“Pasien diantar puskesmas. Sebelumnya, pihak puskesmas mengontak bagian administrasi kami. Mulai dari jumlah pasien masuk dan identitas si pasien. Lalu kami mempersiapkan tempat untuk mereka. Apabila, pasien berumur 40 tahun, tanpa gejala dan komorbit, maka bisa masuk ke tempat isololasi. Tapi, kalau mereka memiliki gejala ataupun komorbit, harus ada rekomendasi skrining dari rumah sakit, baru kami bisa merawatnya,” jelasnya.
Sementara itu, Yunisma yang akrab disapa Yuke sudah menjalani isolasi di Rumah Karantina Kampung Nelayan sejak Selasa (29/7).
“Sudah empat hari saya menjalani isolasi disini. Kondisi saya sempat drop ketika hasil swab kedua putra yang dinyatakan terpapar Covid-19,” ucap Yuke yang menjalani karantina bersama putra bungsunya.
Karena kondisinya sempat drop, tak mungkin ia membawa kedua anaknya yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar bersamanya. “Kedua anak saya yang positif dirawat suami dirumah. Alhamdullilah suami tidak ikut terpapar Covid-19. Namun yang membuat saya khawatir, kondisi suami yang drop juga ketika merawat dua buah hati kami,” ucap Yuke yang merasakan pelayanan di Rumah Karantina Kampung Nelayan cukup bagus.
“Pelayanannya seperti hotel bintang,” ucap Yuke yang cukup nyaman berada disana, sebab ia tak mungkin menularkan virus Covid-19 ini kepada orang lain.
“Disini beda dengan dirumah. Makan tiga kali sehari. Makannya pun cukup mewah seperti restaurant mewah. Pagi dibangunkan olah raga dan berjemur. Dan sore olahraga kembali seraya menikmati snack ataupun minuman jahe. Waktu luang saya isi dengan istirahat ataupun mengetik tulisan,” cerita Yuke yang kondisinya sudah mulai membaik. Ia pun tak tahu dari mana terpaparnya dengan virus ini.
“Dari hasil tracking, tak tahu terpapar dimana. Yang jelas saat itu saya melakukan rapid tes, digunakan untuk ikut workshop beasiswa liputan keberagaman SEJUK. Tapi hasilnya positif. Memang beberapa hari ini kondisi saya lagi drop, karena anak kami sedang demam. Setelah dinyatakan terpapar Covid-19, saya memutuskan untuk menjalani karantina disini,” ucap Yuke yang menyarankan agar masyarakat patuhi protokol kesehatan. Sebab, Covid-19 itu nyata, bukan hoax.
“Saya sudah merasakannya sendiri. Sakit kepalanya benar-benar menyiksa. Begitu pula, sesak nafasnya serta demam,” jelasnya.
Jika Anda sayang keluarga ataupun teman-teman dan orang disekeliling, ayo patuhi prokes. Sebab, dengan prokes, mampu memutus mata rantai penyebaran Covid-19.